ASPOST.ID- Kisah mengharukan datang dari para petugas PLN Aceh yang berjibaku memulihkan jaringan listrik di tengah bencana banjir besar yang melanda sejumlah wilayah Aceh sejak Rabu hingga Kamis (26–27/11). Salah satu kisah paling pilu dialami Zakiul Fuadi, petugas muda yang baru sebulan berdinas di PLN Angkup, Takengon.
Zakiul, putra dari Zulkaedah, warga Gampong Paya Punteuet, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, terpaksa menempuh perjalanan pulang sejauh 56 kilometer dengan berjalan kaki dari perbatasan Jeuram, Kabupaten Nagan Raya menuju Kota Takengon, Aceh Tengah.
Hal itu dilakukan setelah akses jalan utama putus total akibat banjir dan longsor yang melanda wilayah Aceh Tengah. Ia bertugas mengawasi perbaikan jaringan PLN antara Angkup Aceh Tengah hingga perbatasan Jeuram, Nagan Raya.

Menurut Zulkaedah, putranya bersama delapan anggota tim PLN lainnya terjebak tanpa bisa dilalui kendaraan dan tidak ada jalan alternatif yang bisa dilalui. Satu-satunya cara kembali ke Takengon adalah menyusuri jalur darurat melalui perbukitan dan pemukiman warga. Perjalanan ekstrem itu mereka tempuh selama dua hari penuh, di tengah hujan, kabut tebal, serta medan berlumpur yang licin dan berbahaya.
“Alhamdulillah, anak kami bersama tujuh anggota tim sudah tiba di Takengon pada Sabtu, 29 November 2025, pukul 18.30 WIB, setelah berjalan kaki selama dua hari,” kata Zulkaedah kepada aspsot.id pada Sabtu malam (29/11).
Ia mengaku sedih sekaligus bangga atas keteguhan putranya dan para petugas PLN lain, yang tetap menjalankan tugas demi mempercepat pemulihan aliran listrik masyarakat di wilayah terdampak bencana.
Peristiwa ini kembali menegaskan besarnya risiko yang dihadapi petugas lapangan PLN setiap kali bencana melanda Aceh. Dedikasi mereka tak hanya terbatas pada teknis pemulihan jaringan listrik, tetapi juga menyangkut perjuangan fisik dan mental di medan yang kerap jauh dari kata aman. (asp)
