ASPOST.ID- Provinsi Aceh, yang selama ini kerap menyandang predikat sebagai provinsi termiskin di Pulau Sumatra menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Kini dihadapkan pada permasalahan serius lainnya, yakni terjadi lonjakan drastis harga beras di hampir seluruh kabupaten dan kota.
Dalam satu bulan terakhir, harga beras premium di pasar-pasar tradisional mengalami kenaikan tajam. Berdasarkan pantauan di lapangan, beras merek Rajawali ukuran 15 kilogram kini dibandrol antara Rp 245.000 hingga Rp250.000 per zak, sementara Cap Cabe Merah dibanderol Rp230.000. Padahal, sebelumnya harga kedua merek tersebut berkisar antara Rp 215.000 hingga Rp220.000 per zak.
Kenaikan ini tidak hanya terbatas pada merek tertentu, melainkan terjadi secara merata, termasuk pada beras lokal dan yang berasal dari luar daerah.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran luas di tengah masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah yang semakin tertekan secara ekonomi.
“Ini sangat memberatkan kami. Beras itu kebutuhan pokok sehari-hari. Kalau harganya terus naik, kami makin susah,” keluh Rina, seorang ibu rumah tangga di Banda Aceh, pada Selasa (22/7).
Pemerintah Dinilai Lambat Bertindak
Di tengah lonjakan harga, Perum Bulog diketahui tengah melakukan pembelian gabah dan beras dari petani lokal sebagai bagian dari upaya menjaga stok dan ketahanan pangan. Namun, langkah ini dinilai belum cukup untuk menahan laju kenaikan harga di pasar.
Menurut Komunitas Komunikasi Informasi Rakyat Aceh (K2IRA), lonjakan harga ini mengindikasikan lemahnya kontrol pemerintah terhadap mekanisme pasar.
“Dengan cadangan beras yang dimiliki Bulog, pemerintah seharusnya bisa lebih agresif melakukan intervensi, seperti operasi pasar atau distribusi langsung ke pasar-pasar tradisional. Ini penting untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat,”ungkap Tgk Jamin Direktur Eksekutif K2IRA ini, kepada aspost.id pada Selasa (22/7).
Pedagang Tertekan, Distribusi Bermasalah
Para pedagang di sejumlah pasar tradisional seperti Pasar Peunayong, Pasar Lambaro, dan Pasar Seutui mengaku turut terdampak karena harga dari distributor juga mengalami kenaikan signifikan. Mereka menyebut tidak memiliki pilihan lain selain menyesuaikan harga jual.
“Harga dari distributor sudah mahal, jadi terpaksa kami naikkan juga. Kami harap pemerintah segera bertindak, karena ini menyangkut kebutuhan pokok masyarakat,” ujar pedagang beras di Banda Aceh.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Bulog Wilayah Aceh maupun Dinas Perdagangan Provinsi Aceh terkait langkah konkret untuk menstabilkan harga beras.
Desakan Operasi Pasar
Kondisi ini mendorong desakan dari berbagai pihak agar pemerintah segera melakukan operasi pasar secara masif dan mempercepat penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP) ke daerah-daerah terdampak. Langkah ini dinilai mendesak untuk meredam spekulasi harga dan memastikan akses masyarakat terhadap kebutuhan pokok tetap terjaga. (asp)
