Sanksi AS Gagal Hentikan Ekspor Minyak Iran

ASPOST.ID– Pemerintah Iran mengklaim masih mengekspor minyaknya ke sejumlah negara. Teheran menilai sanksi Amerika Serikat (AS) yang membidik aktivitas penjualan minyaknya telah gagal.

“Meskipun ada tekanan dari Amerika dan sanksi yang dijatuhkan pada ekspor minyak kami dan kami masih terus menjual minyak kami dengan menggunakan cara lain. Bahkan ketika negara-negara sahabat telah berhenti membeli minyak mentah kami karena takut terhadap sanksi Amerika,” ujar Wakil Presiden Iran Eshaq Jahangiri pada Senin (2/12).

Dia pun kembali menyinggung tentang ambisi pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang ingin menghabisi sektor minyak Iran. “Mereka gagal membawa ekspor minyak kita ke nol seperti yang direncanakan,” kata Jahangiri.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengemukakan hal sebaliknya. Menurut dia, sanksi terhadap Iran telah efektif karena mengakibatkan turunnya kekayaan negara tersebut. Kemampuan Iran untuk menjalin kerja sama bisnis dengan negara-negara lain juga semakin lemah.

“Kabar baiknya adalah, terlepas dari apa yang dunia katakan kepada Presiden Trump, bahwa sanksi Amerika tidak akan berhasil, dunia salah. Sanksi itu sangat efektif,” ujar Pompeo saat berbicara di sebuah acara di Kentucky pada Senin.

Akhir pekan lalu Prancis, Jerman, dan Inggris menyambut enam negara Eropa yang bergabung dalam Instrument in Support of Trade Exchanges (Instex). Instex adalah sebuah mekanisme perdagangan yang dibentuk khusus untuk bertransaksi dengan Iran guna menghindari sanksi AS.

Menurut ketiga negara, penambahan enam anggota baru semakin memperkuat Instex. Hal itu turut menunjukkan upaya Eropa memfasilitasi perdagangan yang legal dengan Iran. “Ini mewakili ekspresi yang jelas dari komitmen berkelanjutan kami terhadap Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), kesepakatan nuklir Iran 2015,” kata Prancis, Jerman, dan Inggris.

Instex yang berbasis di Paris berfungsi sebagai clearing house. Hal itu memungkinkan Iran untuk terus menjual minyaknya dan mengimpor produk atau layanan lain sebagai gantinya. Sistem Instex belum mengaktifkan transaksi apapun.

Trump memutuskan menarik negaranya dari JCPOA pada Mei 2018. Dia menilai kesepakatan itu cacat karena tak mengatur tentang aktivitas uji coba rudal balistik Iran dan perannya dalam konflik di kawasan.

Setelah mengambil langkah demikian, Trump menerapkan kembali sanksi ekonomi berlapis terhadap Teheran. Sanksi-sanksi itu membidik sektor minyak, keuangan, otomotif, industri logam mulia, dan lainnya.

Trump pun mengancam negara-negara yang masih ingin tetap menjalin bisnis dengan Iran. “Siapapun yang berbisnis dengan Iran, tidak akan berbisnis dengan AS. Saya hanya menginginkan perdamaian dunia, tidak kurang!” kata Trump melalui akun Twitter pribadinya pada Agustus lalu, seperti dilansir republika.

Penerapan kembali sanksi ekonomi membuat Iran gusar. Mereka secara bertahap  menangguhkan komitmennya dalam JCPOA. Hal itu dimulai dengan melakukan pengayaan uranium yang melampaui ketentuan JCPOA pada Juli lalu. Iran telah mengambil empat langkah mundur dari kesepakatan nuklir.

Langkah terakhir terjadi pada 4 November lalu. Saat itu para ahli Iran mulai memasukkan gas uranium hexafluoride ke dalam sentrifugal pengayaan mothball di pabrik bawah tanah Fordow di selatan Teheran.

Retaknya JCPOA telah menjadi perhatian para pihak penandatangan kesepakatan lainnya yakni Inggris, Prancis, Jerman, Cina, dan Rusia. Mereka sempat membahas langkah-langkah untuk menyelamatkan JCPOA dalam pertemuan di Wina, Austria, pada Agustus lalu.

Instex menjadi salah satu bentuk upaya tersebut. Para pejabat Iran telah berulang kali mengatakan bahwa Instex harus memasukkan penjualan minyak atau menyediakan fasilitas kredit yang substansial agar menguntungkan. Namun para diplomat Eropa sempat mencemaskan bahwa mereka dapat dibidik sanksi Washington. (as2)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here