Israel Membabi Buta Serang Jalur Gaza Tanpa Pandang Bulu

Warga Palestina mencari korban selamat pasca penyerangan Israel di Jalur Gaza di Deir Al-Balah, Minggu, 22 Oktober 2023. (Foto: AP)

ASPOST.ID- Israel terus menyerang di jalur Gaza secara brutal dan membabi buta tanpa memandang bulu. Orang tua, remaja, anak-anak menjadi korban keganasan Zionis Israel.

Jenazah tiga anak tergeletak di atas brankar dalam kamar mayar rumah sakit Jalur Gaza. Salah satu celana mereka didorong ke atas hingga memperlihatkan tulisan dengan tinta hitam di kulit mereka.

“Kami menerima beberapa kasus di mana orang tua menuliskan nama anak-anak mereka di kaki dan perut,” ungkap Dr. Abdul Rahman al Masri, Kepala Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Martir Al-Aqsa, kepada CNN.

Dia mengatakan para orang tua khawatir apa pun bisa terjadi, dan tidak ada yang bisa mengidentifikasi anak-anak mereka. “Ini berarti mereka merasa menjadi sasaran kapan saja dan bisa terluka atau menjadi martir,” tambah al Masri seperti dikutip dari media yang berbasis di Amerika Serikat (AS) itu, Selasa (24/10/2023).

Tinta hitam tersebut merupakan tanda kecil dari ketakutan dan keputus-asaan yang dirasakan oleh para orang tua di daerah kantong padat penduduk tersebut ketika Israel terus melancarkan serangan udara tanpa henti sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober lalu.

Pengawas ruangan di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa tempat jenazah dimandikan menggambarkan hari Minggu sebagai “hari yang luar biasa.”

Menolak untuk disebutkan namanya, dia mengatakan kepada CNN bahwa jumlah korban tewas dari Sabtu hingga Minggu telah melebihi 200 orang, dan ini senada dengan apa yang dikatakan Dr. al Masri.

“Apa yang kami perhatikan saat ini adalah banyak orang tua menuliskan nama anak-anak mereka di kaki mereka sehingga mereka dapat diidentifikasi setelah serangan udara dan jika mereka tersesat. Ini adalah fenomena baru yang baru saja dimulai di Gaza,” ujarnya.

“Banyak anak-anak yang hilang, banyak yang sampai di sini dengan tengkorak patah… dan tidak mungkin untuk mengidentifikasi mereka, hanya melalui tulisan itulah mereka dapat diidentifikasi,” imbuhnya. Selama dua minggu terakhir ratusan anak-anak telah dikeluarkan dari reruntuhan bangunan yang terkena serangan udara di salah satu tempat terpadat di dunia, banyak dari mereka tidak dapat dikenali karena luka-luka mereka.

Menurut Doctors Without Borders ketika Israel terus melakukan “pengepungan total” terhadap wilayah miskin tersebut dan persediaan penting semakin menipis, para dokter di rumah sakit Gaza terpaksa mengoperasi tanpa obat penghilang rasa sakit. Leo Cans, kepala misi di Yerusalem untuk kelompok yang juga dikenal sebagai Medecins Sans Frontieres, mengatakan kepada CNN pada hari Senin bahwa berkurangnya pasokan berarti operasi bedah dilanjutkan tanpa dosis narkotika yang tepat, tanpa dosis morfin yang tepat.

“Dalam hal manajemen nyeri, hal itu tidak terjadi. Saat ini kami memiliki orang-orang yang dioperasi tanpa morfin. Itu hanya terjadi pada dua anak,” ujar Cans.

“Kami mempunyai banyak anak yang sayangnya termasuk di antara korban luka, dan saya sedang berdiskusi dengan salah satu ahli bedah kami, yang menerima anak berusia 10 tahun kemarin, mengalami luka bakar di 60% permukaan tubuhnya, dan dia tidak mendapatkan obat penghilang rasa sakit,” ungkapnya. “Tidak ada pembenaran sama sekali untuk memblokir obat-obatan penting ini untuk menjangkau masyarakat,” tegas Cans.

Ia juga mengakui adanya laporan “mengerikan” bahwa orang tua di Gaza terpaksa menuliskan nama anak-anak mereka di anggota badan mereka jika mereka atau anak-anak mereka terbunuh. Dia menambahkan bahwa rekan-rekannya mengatakan kepadanya bahwa keluarga-
keluarga tersebut tidur di kamar yang sama karena mereka ingin hidup bersama atau mati bersama. (sindonews/asp)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here