ASPOST.ID- Jajaran Pegawai Lapas Kelas IIB Lhoksukon dengan memakai baju Korpri memperingati Hari Pahlawan Tahun 2021 dengan tema “Pahlawanku Inspirasiku” di Ruang Serbaguna Lapas setempat, Rabu (10/11).
Upacara dimulai dengan Inspektur Upacara memasuki lapangan upacara dan dilanjutkan dengan penghormatan umum serta laporan Komandan Upacara kepada Inspektur Upacara.
Bertindak selaku inspektur upacara Kalapas Kelas IIB Lhoksukon Yusnaidi, S.H.,M.Si. Selanjutnya, mengheningkan cipta yang dipimpin Inspektur Upacara.
Pembacaan Teks Pancasila oleh Inspektur Upacara diikuti seluruh peserta upacara. Dilanjutkan, pembacaan Teks Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pembacaan Pesan-Pesan Pahlawan.
Kemudian, pembacaan Amanat Menteri Sosial Republik Indonesia oleh Kepala Lapas Kelas IIB Lhoksukon. Diantaranya, disampaikan negeri ini mengalami penjajahan yang panjang dan menyakitkan. Berkali–kali pemberontakan lokal dikobarkan terhadap penjajah dalam kurun waktu 350 tahun, namun selalu mengalami kegagalan.
Ratusan tahun kita terpecah–pecah karena politik devide et impera atau politik adu domba.
Para pendiri bangsa ini menyadarinya
dengan membangun identitas bahwa kita semua bersaudara, sebangsa dan setanah air. Inilah
pelajaran berharga. Lidi kuat akan sulit
dipatahkan jika dalam kesatuan.
“Kita sadar bahwa kita berbeda–beda,
tetapi jangan sampai terpecah–pecah oleh
perbedaan SARA (Suku, Agama, Ras, dan
Antar golongan), karena akan membuat mundur
jauh ke era sebelum Sumpah Pemuda 1928.
Kita harus terus menggelorakan semangat Gotong royong serta Persatuan dan
Kesatuan Indonesia. Perbedaan justru semakin
memperkaya dan memperkuat kita, Bangsa
Indonesia. Seraya mengembangkan toleransi
terhadap perbedaan yang ada, dengan
berdasar seloka : Bhinneka Tunggal Ika,
berbeda–beda namun tetap satu jua,” ungkapnya.
Sebutnya, kita harus lebih maju dari tahun
sebelumnya. Kita akan buktikan pada dunia,
kalau bersama kita bisa mewujudkan cita–cita
para Pahlawan. Karena kita bukan bangsa
lemah, yang menerima kemerdekaaan sebagai
hadiah penjajah, secara bersama kita
mengalahkan dan mengusir balatentara terkuat
dunia.
Pertempuran 10 November 1945 di
Surabaya yang kita peringati sebagai Hari
Pahlawan ini harus kita contoh, dengan satu
tekad, gigih berjuang dan pantang menyerah
tanpa mengenal perbedaan apapun, serta tidak
pernah peduli akan keterbatasan atau halangan.
Para Pahlawan kita dengan gagah berani memilih melawan bombardir dari kapal perang dan pesawat tempur serta tank dan senjata canggih lainnya walau terkadang hanya dengan bambu runcing dan keyakinan yang tinggi untuk mempertahankan kemerdekaan, yang berbalut semboyan Merdeka atau Mati. (asp)